Senin, 30 April 2018

Sejarah Panti Asuhan 'Aisyiyah Payakumbuh


  
LATAR BELAKANG / SEJARAH
Pada pertengahan tahun 1942 saat Jepang masuk ke Indonesia sebagai salah satu konsekwensi kalahnya sekutu pada Perang Dunia II, maka tentara Jepang mengambil alih kekuasaan Pemerintah Belanda di Indonesia.
Sesuai dengan propaganda yang dilancarkan pemerintah Jepang sebagai Saudara Tua dari Indonesia, maka kehadiran Jepang terlaksana dengan baik, namun setelah berlangsung beberapa lama jiwa penjajah Jepang muncul, malahan melebihi kekejaman Belanda yang telah menjajah Indonesia lebih kurang 350 tahun.
Menyikapi kekejaman tentara Jepang tersebut maka rakyat Indonesia termasuk masyarakat kabupate inin Lima Puluh Kota melakukan perlawanan terhadap pendudukan Jepang baik perlawanan fisik maupun melalui jalur politik, sehingga hampir disemua daerah melancarkan perlawanan menyatakan perang terhadap pendudukan Jepang.
Melawan tentara Jepang sama dengan menghadang maut dikarenakan kekuatan yang tidak seimbang. Peperangan yang tidak seimbang tersebut mengakibatkan bergugurannya para syuhada bangsa.  Gugurnya para pahlawan bangsa tentu meninggalkan para janda dan anak yatim bahkan tidak jarang terjadi diantara mereka yang ditinggal kedua orang tuanya dengan status yatim piatu.
Melihat kondisi kehidupan masyarakat, terutama untuk menyelamatkan anak yatim, yatim piatu dan anak-anak terlantar, maka pimpinan cabang ‘Aisyiyah yang dipimpin Adang Fatimah Djalil melakukan gerakan besar menghimpun anak-anak yatim, piatu dan yatim piatu dibawah asuhan pimpinan cabang Payakumbuh, selanjutnya dinamakan dengan Panti Asuhan ‘Aisyiyah Cabang Payakumbuh.
Pengasuhan awalnya  dilakukan di Rumah Yatim Muhammadiyah di Nunang, namun tidak berlangsung lama karena bangunan ini diambil alih Jepang, maka pengasuihan berpindah ke Mangilang dan selanjutnya kerumah Adang Hj.Fatimah Djalil di Bunian.
Gerakan ini disamping dorongan ingin menyelamatkan anak-anak yang kehilangan orang tua, terutama didorong oleh gerakan Al- Ma’un yang intinya perintah untuk memelihara dan menyantuni anak yatim dan fakir miskin.
Tahun 1957 Persyarikatan Muhammadiyaj membeli tanah milik Hj.Adang Fatimah Djalil di Padang Leba dengan luas lebih kurang 4.650 M persegi, dan disertifikatkan baru seluas lebih kurang 3.700 meter persegi.
Pada tahun 1961, pemerintah melalui Departemen Sosial membangun asrama diatas tanah yang dibeli Persyarikatan Muhammadiyah dari Adang Fatimah Djalil di Padang Leba yangekarang Kelurahan Padang Tiakar. Rencana pembangunan yang dilakukan terdiri dari :
a.    2 (dua) unit bangunan asrama untuk laki-laki dan perempuan.
b.    1 (satu) unit bangunan dapur
c.    2 (dua) unit bangunan kamar mandi/ WC untuk laki-laki dan perempuan.
d.    1 (satu) unit bangunan ruang makan yang sekaligus merupakan ruang pertemuan dan disini disediakan kamar untuk pengasuh.
e.    1 (satu) unit bangunan kantor yang ditempatkan dibagian depan.
Dengan berakhirnya pembangunan asrama dalam kondisi separoh / sebagian tersebut pemerintah yang dalam hal ini Departemen Sosial langsung memanfaatkannya dengan merekrut anak-anak dalam kota Payakumbuh dan sekitarnya, dan asrama ini pada awalnya hanya mengasuh anak laki-laki saja dengan nama Panti Asuhan Budiman.
Pada tahun 1968 panti asuhan yang dibangun dan dikelola pemerintah tersebut diserahkan kepada Muhammadiyah baik fisik maupun pola pengasuhan (manegemen) nya yang kesehariannya dikelola oleh ‘Aisyiyah cabang Payakumbuh, sementara anak asuh laki-laki dibawa Departemen Sosial ke Panti Asuhan Padang Panjang.
Dengan dilakukannya penyerahan asrama ini, memulai babak baru perjalanan Panti Asuhan terutama penghuni ( anak asuh) menjadi laki-laki dan perempuan.
Tanah dan Bangunan Rumah Yatim di Nunang yang dulunya dikuasai Jepang setelah merdeka beralih kepada Angkatan Bersenjata Republik Indonesia, bangunan dan tanah dulunya dikuasai oleh TNI Angkatan Darat semenjak tahun 1958. Penyerahan kembali dilakukan oleh Kodim 0306 50 Kota kepada Pengurus Panti dengan surat tertanggal 27 Mei 1980.
Awal tahun 1981 dengan kesepakatan Muhammadiyah Cabang Payakumbuh dibentuk Panitia Pembangunan Asrama Putra yang direncanakan diatas tanah milih Muhammadiyah dikelurahan Nunang mengganti bangunan lama yang dinamakan Rumah Panti Asuhan dengan kondisi sudah tidak layak, 

Kepanitiaan pembangunan ini diisi oleh orang-orang yang mempunyai jiwa juang tinggi diantaranya Abdul Malik Hamid Engku Tanjuang seorang putra Payakumbuh yang berasal dari Sungai Naniang Suliki yang berstatus pegawai Departemen Agama yang waktu itu menjabat Sekretaris Muhammadiyah Cabang Payakumbuh, H.Nazar Chan putra Payakumbuh asal Sianok kabupaten Agam yang dikenal dengan pengusaha Optical “NZ Optical”, Hasan Zubir, Syofyan Agus,BA putra Payakumbuh yang berasal dari Kotobaru Bungokototuo kecamatan Baso dan Yasmi Said.

Bulan Juni 1981 dimulai pembangunannya dengan perletakan batu pertama dilakukan oleh H.Djarnawai Hadikusuma selaku Sekretaris Jenderal Pipmpinan Pusat Muhammadiyah.

Pemakaian komplek Panti Asuhan ini dilakukan oleh DR.H.A,ien Rais,MA pada hari Ahad 31 Agustua 1986, bertepatan dengan kedatangan beliau di Payakumbuh mengisi acara Milad Muhammadiyah ke 76.

Anak asuh pertama diasrama putra ini berjumlah 14 orang dengan pengasuh pertama adalah Kimin St.Pamuncak, dan saat itu kepemimpinan Muhammadiyah Cabang Payakumbuh dijabat oleh Drs.Ali Amran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar