PEMIMPIN YANG NEGARAWAN
Fenomena
yang terjadi setelah peralihan kekuasaan yang dilaksanakan secara demokratis
ala Indonesia baik ditingkat nasional maupun ditingkat daerah selalu banyak
menimbulkan masalah, hal ini terjadi karena pemimpin terpilih berada dalam
posisi terjebak oleh tekanan-tekanan kelompok tertentu, partai politik dan
perorangan yang dominan serta merasa berjasa dalam mengantarkannya memenangkan pertarungan
dan bukan memenangkan pemilihan.
Mengapa
dikatakan pertarungan, karena masing-masing kubu yang bersaing dalam pemilihan
presiden maupun kepala daerah selalu menggunakan cara apapun untuk
memenangkannya dengan melakukan black
campain menebar fitnah yang tidak
hanya terhadap rival mereka tapi juga kalau perlu tujuh turunan diatasnya. Sementara bagi mereka dan kelompoknya akan
melakukan dusta dengan memberikan sanjungan dan mencari-cari keberhasilan
calonnya, kalau perlu mengklaim keberhasilan orang menjadi prestasi calonnya.
Bahkan
kelompok-kelompok ini juga akan membuat dusta dengan menggambarkan bahwa calon
mereka adalah keturunan orang-orang ternama dan berjasa, kalau perlu
diskenariokan suatu cerita untuk mengibuli masyarakat.
Tidak
hanya sampai disitu, kebanyakan diantara para calon pemimpin ini akan melakukan
pencitraan dengan melakukan kegiatan-kegiatan sosial kemasyarakatan seakan-
akan mereka sangat peduli dengan nasib rakyat kecil, kalaupun kegiatan ini
hanya dadakan pada saat menjelang pemilihan dilakukan. Yang lebih memalukan
malah ada diantara mereka yang tampil sebagai tukang becak, tukang tambal ban,
sebagai petani, nelayan dll.
Para
calon pepimpin ini sangat memahami betul karakter serta tingkat intelegensia
kebanyakan masyarakatnya, yang masih bisa dibohongi dan masih bisa ditipu
dengan cara-cara tertentu, sehingga
tidak sedikit diantara mereka melakukan apapun untuk menarik simpati kalangan
bawah yang tidak berpendidikan atau yang berpendidikan rendah, serta
orang-orang miskin.
Dalam
menghadapi fenomena ini sangat diharapkan tampilnya seorang pemimpin yang
negarawan, yang bisa berdiri diatas segala golongan dan kelompok serta diatas
segala partai politik setelah dia terpilih nantinya, kita tahu bahwa ujung dari
tujuan Partai Politik adalah kekuasaaan, namun kalau kekuasaan partai yang
ditonjolkan oleh seorang pemimpin terpilih, akan sangat banyak terjadi konflik dalam
segala hal baik ditingkat nasional maupun daerah.
Bila
pemimpin terpilih terjebak dalam kepentingan pribadi, kepentingan partai dan
kepentingan kelompok tertentu serta bahkan kepentingan perorangan yang dominan
yang dapat mempengaruhinya, maka akan timbul banyak masalah yang akan
berhadapan dengan persoalan hukum diantaranya korupsi, kolusi dan nepotisme
yang bakal menjadi bola salju yang makin besar pada akhir masa kepemimpinannya
dan bola salju ini yang akan melindasnya nanti setelah akhir masa jabatan.
Kita
sangat prihatin mendengan bahwa didaerah
tertentu bantuan sosial dialirkan kepada partai politik pendukungnya,
bantuan-bantuan masyarakat miskin diarahkan hanya kepada orang-orang yang
direkomendasikan oleh partai pendukungnya, tunjangan pegawai dipotong paksa dan
dialirkan kepada Yayasan yang dibentuk partai pendukungnya, Kegiatan
perencanaan yang produknya non fisik dengan biaya milyaran dikerjakan asalan
oleh perusahaan yang direkomendasikan partainya sehingga hasilnya tidak dapat
dilaksanakan sama sekali dan malahan tidak memenuhi sama sekali peraturan
perundang-undangan yang mengatur perencanaan tersebut.
Yang
sangat miris dan membahayakan bagi kedudukakn
pemimpin terpilih adalah tidak menghormati karier Pegawai Negeri Sipil
yang sudah diatur dengan Undang-undang, Peraturan Pemerintah dan Peraturan
Menteri. Hampir semua pemimpin terpilih mengacak-acak karier PNS karena
menampung keinginan partai politik atau rasa kedaerahan yang berlebihan.
Karier
bagi seorang Pegawai Negeri Sipil adalah tujuan, untuk mencapai tujuan tersebut
PNS mengabdi dengan penuh tanggungjawab, melaksanakan tugas yang dibebankan
kepadanya sesuai dengan tuntutan peraturan perundang-undangan, berbuat maksimal
tanpa membandingkan volume pekerjaan dengan hasil yang mereka terima.
Karena kebanyakan pemimpin terpilih sangat melecehkan
karier PNS tersebut, muncullah kelompok atau perorangan dalam PNS
yang berusaha bekerja dengan motto apa yang diinginkan pimpinan, serta apa yang
dapat memuaskan pimpinan, kalau perlu dia akan melakukan apa saja kalaupun itu
diluar tugas dan tanggungjawab seorang PNS dengan tujuan pimpinan menyukainya.
Pemimpin
terpilih akan dikaburkan penglihatan mata hatinya dengan cara-cara PNS yang
oportunis ini, sehingga kelompok atau perorangan ini akan diberikan
jabatan-jabatan strategis dan mencampakkan PNS yang tidak bisa berbuat seperti
itu kalaupun secara kapasitas dan kemampuan jauh melebihi para opportunity ini , persoalan ini juga akan menutup jenjang karier PNS yang
jujur, berbakti dan mempunyai kapasitas.
Kebanyakan
pemimpin terpilih akan berusaha mencari kalau perlu membeli penghargaan dan
tanda jasa sebanyak-banyaknya, yang dapat dipublikasikan sebagai langkah awal
kampanyenya untuk menghadapi pemilihan berikutnya baik menjadi kepala daerah,
kepala negara ataupun untuk duduk di legislatif.
Dari
urutan persoalan diatas, sudah pasti tujuan pembangunan yang sudah disusun baik untuk jangka panjang, jangka menengah
dan jangka pendek tidak akan tercapai, sementara tujuan akhir pembangunan
tersebut adalah mencerdaskan dan mensejahterakan kehidupan masyarakat serta memupuk
rasa kebangsaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar